PENDIDIKAN KARAKTER
Pendidikan adalah salah satu hal
urgensi dalam membangun dan mengembangkan suatu Negara. Negara dapat maju apabila sumber
daya manusianya memadai, sumber daya manusia dapat memadai apabila pendidikan
itu berkembang dengan baik. Dalam UU RI
No. 12 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterempilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Menurut Megawangi (2007) karakter
(watak) adalah istilah yang diambil dari bahasa Yunani yang berarti “to mark”
(menandai), yaitu menandai tindakan atau tingkah laku seseorang.
Karakter adalah watak atau tabi’at seseorang yang menjadi ciri khas yang dapat
mempengaruhi tingkah laku yang membedakan seseorang dengan yang lainnya.
Pendidikan
Karakter adalah usaha sadar dan terencana atau suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta
didik sehingga menjadi manusia insan kamil atau menjadi manusia yang memiliki
karakter yang baik dan tidak menyimpang dari norma dan nilai-nilai yang ada.
Pendidikan karakter sangat dibutuhkan
penanaman dan penerapnnya dalam dunia pendidikan, bukan hanya akademik saja
yang ditanamkan, terapkan dan yang akan dicapai, melainkan harus dengan
karakternya. Seseorang yang pintar dalam bidang akademiknya apabila tidak
diimbangi dengan pendidikan karakter, maka dia akan berbahaya bisa saja dia
menjadi koruptor, pembunuh berdarah dingin, dan perakit bom. Contoh dari
kurangnya pendidikan karakter akan muncul adanya tawuran antar pelajar, penggunan narkoba, sex bebas, pembunuhan, dan
lain-lain.
Pendidikan karakter penting diterapkan pada generasi muda karena
generasi muda adalah ujung tombak dalam membangun, mengembangkan, dan memajukan
Negara. Bagimana suatu Negara akan maju
apabila generasi mudanya terjebak akan karakter yang sesat dan terjerusan akan
jalan yang salah.
Tawuran antar pelajar, penggunaan
narkoba dan sex bebas terjadi di Indonesia setiap tahunnya rata-rata meningkat.
Fenomena yang hangat dalam dunia
pendidikan kali ini adalah tawuran pelajar yang menewaskan seorang pelajar,
yaitu tawuran pelajar antara SMAN 6 DAN SMAN 70. Ini harus menjadi bahan
perhatian dan PR bagi pendidik dan semua elemen pendidikan. Semua elemen
pendidikan harus mendukung, menjaga dan berkontribusi di mulai dari pendidikan
infolmal pendidikan formal, dan pendidikan nonformal. Memang perhatian terbesar
ada pada pendidikan di keluarga karena setiap pelajar lebih banyak menghabiskan
waktu di rumah bukan di sekolah. Pendidikan karakter wajib diterapkan sejak
dini di mulai dari Sekolah Dasar sampai Pergurun Tinggi.
Namun, saat ini kontribusi dari
keluarga atau yang disebut dengan pendidikan informal kurang konstribusinya
dalam membentuk karakter peserta didik. Orang tua terlalu sibuk akan aktivitas
kerja yang tinggi sehingga mereka kurang mengetahui dan memahami akan karakter
peserta didik. Peserta didik lebih banyak penghabiskan waktu di rumah bukan
berinteraksi dengan keluarga, namun berinteraksi dengan media elektronik,
dimana media itu membuat banyak dampak negative dan merupakan salah satu
penyebab membentuk karakter anak menjadi
jelek.
Selain keluarga yang berperan
penting, Kurikulum sekolah juga harus
menitik beratkan pada pendidikan karakter, bukan hanya pada pengetahuan kognitif saja melainkan pengetahuan afektif
dan psikomotor, seperti yang dikemukakan oleh Bloom, Bloom membagi pendidikan dalam
tiga kawasan atau tiga domain yaitu
a. Kognitif (pikiran), yaitu
tingkatan yang paling sederhana sampai kepada tingkatan yang tinggi dan
kompleks atau yang
berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti:
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisa, sintesa dan evaluasi.
b. Afektif (sikap, tingkah laku), yaitu
berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti:
penerimaan, penghargaan, penilaian,minat, sikap dan sebagainya.
c. Psikomotor (keterampilan), yaitu berisi
perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik, seperti:
mengetik, mengoperasikan mesin, berenang dan sebagainya.
Ketiga domain tersebut harus ada dalam
kurikulum di Indonesia, dan harus
dijadikan acuan dalam pembentukan kurikulum, agar sekolah-sekolah dapat
melahirkan peserta didik yang berpendidikan, berkarakter dan memiliki
keterampilan atau keahlian.
Selain dari lingkungan keluarga dan sekolah
hal terpenting yang harus diperbaiki untuk menuju pendidikan karakter adalah lingkunagan
masyarakat, lingkungan masyarkat berlaku sebagai pendidikan nonformal.
Lingkungan masyarakat sangat menentukan karakter peserta didik, lingkungan yang
baik akan membawa karakter peserta didik ke arah yang baik, lingkungan
masyarakat yang buruk akan membwa karakter peserta didik kearah yang buruk
pula.
Pendidikan
karakter akan melahirkan peserta didik yang berkarakter, berilmu, bertanggung jawab, berdedikasi, dan
dengan adaya pendidikan karakter tidak akan ada tawuran antar pelajar,
penggunaan narkoba, dan sex.
Perlu
ditanamkan dan diterapkan dalam benak kita bahwa pendidikan bukannya hanya
melahirkan peserta didik yang memiliki pegetahuan akademik saja tetapi harus
melahirkan peserta didik yang pintar dan berkarakter. Membentuk peserta didik
yang pintar akan lebih mudah dari pada membentuk peserta didik yang memiliki
karakter.
Referensi:
Kurniasi.
2010. Landasan Pendidikan Sekolah Dasar. Bandung: Percikan Ilmu.
Rahmat,
Cece. dkk.. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: UPI Press.
pendidikan karakter sesuatu yang mudah terucap namum sangat sulit diterapkan... inti dari pendidikan karakter sebenarnya memberi contoh dengan tidak terlalu banyak beretorika... seorang teman pernah bercerita: takala ada satu kelas yang terkenal gaduh... pada saat itu akan dilakukan ujian akhir semester... guru lain merasa tak sanggup lagi mengawas di kelas tersebut... namun tiba-tiba seorang guru berkata: "izinkan saya yang akan mengawas kelas tersebut"... guru lain bergumal "ah... sok sekali sih guru jonior itu. coba saja pasti kamu akan dipermalukan... dengan senyum yakin guru itu lantas mengambil lembar jawaban dan soal lalu ia bergegas menuju kelas yang dimaksud didampingi guru lain yang ingin tahu cara guru ini menangani kelas itu... pertama kali masuk si guru tiak lantas langsung membagikan lembar jawab dan soal... ia mengatur dengan rapih terlebih dahulu kondisi kelas... mulai dari pakaian, barisan, membereskan sampah yang ada... dan memimpin doa... lantas ia dengan hidmatnya bercerita: dulu ada seseorang yang mengadu kepada Rosululloh SAW... ya rosul saya itu sudah banyak sekali berbuat dosa... melakukan maksiat yang tak terhitung lagi... bagaimanakah cara agar saya tak mengulangi perbuatan itu dan saya bisa mendapatkan ridho Allah??.... lalu Rosul tersenyum lantas menjawab: berbuatlah satu perbuatan yaitu "jujur"... dalam hati orang tersebut mudah sekali ya islam ini... kemudian ia pun pulang... namun ia mulai menemui suatu kegundahan dan kegalauan takala ia akan melakukan maksiat an dosa ia teringat akan perkataan Rosululloh... "jujur" dan malu benar jikalau ia bertemu dengan rosul dan rosul bertanya kepadanya tentang apakah aku masih berbuat maksiat, jika ia jawab tidak... begitu seterusnya, akhirnya orang itu pun tak berani lagi berbuat dosa dan maksiat karena buah dari kejujuran... setelah menceritakan kisah itu guru tersebut tersenyum kepada para siswa lantas berkata: salah satu bahwa kalian akan terhindar dari perbuatan dosa adalah kejujuran... maka dari itu buktikanlah kalian jujur pada dirimu karena Allah pasti akan melaihat kejujuranmu... bukan nilai bagus dari hasil kecurangan.... perbuatan jujur akan membawa keselamatan... setelah mendengar cerita itu selama jam ujian berlangsung tidak ada yang berani para siswa melakukan kecurangan...
BalasHapusBy. Hamdu